Jumat, 11 Mei 2012

TIDAK ADA HARI YANG SIAL

Matahari telah cukup tinggi namun Bagas baru siap siap berangkat sekolah, baru kali ini Bagas bangun agak terlambat. Menyisir rambutpun dia tak sempat, apalagi sarapan pagi. Bagas mengayuh sepedanya secepat mungkin. Namun ditengah jalan ia merasa ada yang aneh dengan sepedanya. Ketika diperiksa, ternyata ban belakangnya kempes. Huh, ada ada saja ! gerutu Bagas. Terpaksa Bagas kembali kerumahnya. Dengan susah payah dia memompa ban sepedenya. Setelah selesai, dia mengayuh sepedanya lagi cepat cepat. Hari itu, banyak genangan air, karena semalaman habis diguyur hujan deras. Bagas harus pandai memilih jalan yang rata. Huh ! , kenapa sih tidak ada bantuan pemerintah untuk memperbaiki jalan ini ? “gerutu Bagas sambil membanting stang sepedanya. Tapi, tiba tiba seekor anak kucing melintas didepannya, Bagas sangat kaget. Dia mengerem sepedanya namun ternyata remnya blong, sepeda Bagas tidak terkendali. Bagas jatuh kedalam selokan. Aduuuh !! Bagas meringis. Kini sepatu Bagas kotor kena lumpur baru, rasanya dia ingin menangis dan tidak jadi sekolah, namun Bagas akhirnya kembali menaiki sepedanya. Dengan keringat bercucuran, Bagas sampai didepan sekolah. Pak Banu baru saja selesai menutup pintu gerbang. Bagas segera mengetuknya dan memohon dizinkan masuk. “sekarang boleh masuk, tapi lain kali jangan kesiangan lagi ya ?” ujar pak Banu. Bagas hanya mengganguk. Pelajaran pertama sudah dimulai, celakanya hari itu jadwal pak Reza. Guru matematika itu terkenal tegas. Tok! Tok! Bagas mengetuk pintu dengan jantung berdebar. Didalam kelas mendadak hening. Semua anak menleh ke pintu. Begitu melihat bagas muncul, pecahlah tawa mereka. “hei, gas, kamu abis bajak sawah ya !!” teriak Giring. Keadaan menjadi lebih gaduh, Bagas hanya bisa tertunduk dan merengut. “jangan ribut !!” bentak pak Reza sambil mendatangi Bagas. “apapun alasanmu, kamu telah terlambat. Sekarang, rapikan dulu penampilanmu, setelah itu berdiri didepan dikelas sampai jam pelajaran pertama habis !! mengerti ??” kata pak Reza tak ada kompromi. Hari itu Bagas merasa dirinya sangat sial. “kenapa aku bisa sial begini?” ceritanya pada adi waktu istirahat. Mungkin kamu lupa mandi gas ?” celetuk Adi. “sembarangan, aku tadi mandi kok!” Bagas agak sewot. Becanda gas! Tapi tenang aja aku juga pernag mengalami hal seperti kamu sepanjang hari kacau balau. Itulah yang disebut hari sial, tutur Adi. “apa benar ada hari sial ?” tanya Bagas. “buktinya, kamu sendiri mengalami!!” timpal Adi meyakinkan. Sampai waktu pulang tiba, Bagas tak henti memikirkan kejadian yang dialaminya hari itu. Dia melamun, sampai sampai sepedanya hampir saja menabrak gerobak bakso. Si tukang bakso sampai marah marah. Tiba dirumah Bagas menumpahkan segala kekesalannya. Bagas segera mengeluarkan keluh kesahnya. Pokoknya, bu, hari ini adalah hari sial Bagas !! Bagas mengakhiri ceritanya. Ibu tersenyum. “menurut ibu sih, tidak ada yang namanya hari sial atau hari baik. Sebuah hari itu, menjadi baik atau buruk, tergantung bagaimana kamu mengisinya. Contohnya, apa yang kamu alami hari ini. Kenapa kamu bangun kesiangan ?” selidik ibu. “Bagas nonton bola bu semalam” jawab Bagas malu malu. “nah, akibat begadang, kamu jadi kesiangan. Karena takut telat, kamu jadi serba buru buru. Itulah yang membuat kamu jadi celaka. Kalau semua disiapkan dengan baik, kamu tidak perlu terburu buru. Bagas mengangguk mengerti. Kesialaannya hari itu, memang akibat dirinya sendiri. Bukan karena hari itu yang sial. Karena tidak ada hari sial.