Jumat, 17 Desember 2010

SEJARAH SUMUR TUJUH DI KAWASAN DEPOK

Berbicara mengenai sumur tujuh yang terletak di kelurahan Beji Depok, maka yang terlintas dibenak orang adalah tempat yang berbau mistik. Tidak salah memang bila sebagian orang beranggapan demikian karena memang tempat ini ramai didatangi orang khususnya pada malam Jumat Kliwon.
         Tempat ini sering didatangi para pesiarah yang melakukan ritual di makam Mbah Raden Wujud Beji. Mereka yang datang berasal dari Banten, Blitar, Pacitan dan sebagainya. Pada umumnya mereka melakukan ritual dengan mandi sumur tujuh dengan harapan agar usahanya sukses dan bagi mereka yang lajang segera mendapat jodoh.
Menurut Engkong Nakin bin Riun (90), juru kunci sumur tujuh tersebut, disebut sumur tujuh karena sumurnya berjumlah tujuh buah. Lima sumur berada di dalam areal Masjid Nurul Salam Depok Utara, sedangkan 2 sumur lagi berada di Jalan Leli dan Jalan Kutilang Depok I.
         Meski disebut dengan sumur tujuh, namun bentuknya tidak berupa sumur melainkan kolam-kolam yang letaknya di bawah rimbunan pohon. Di beberapa sudut kolam terdapat kamar mandi tempat pesiarah mandi dengan menggunakan air dari sumur tersebut.
Engkong Nakin menjelaskan, keberadaan sumur tujuh ini erat kaitannya dengan Mbah Raden Wujud Beji, penguasa wilayah Beji dan Kramat Beji. Namun dia enggan menceritakan asal muasal dari Mbah Raden Wujud Beji. ”Buat apa ditanya asal muasalnya. Wujud itu artinya ada. Di sini ada bukti dan nyata. Setiap orang yang berziarah ke tempat ini harus mandi di 7 sumur tersebut dalam waktu 1 jam,” ujarnya.
Ia juga mengakui,menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung di Kota Depok ini, banyak pejabat yang datang berziarah ke sana. ”Pejabat yang datang tidak berseragam. Tetapi dari penampilannya Engkong bisa tebak. Itu jam merupakan sumbangan dari salah seorang petinggi polisi di Bogor,” lanjut bapak dari 13 anak ini sambil menunjukkan salah satu jam dinding yang terpampang di dinding pendopo.
          Di dekat Masjid Nurul Salam memang ada sebuah pendopo tepatnya di bawah pohon beringin. Di dalam pendopo tersebut terpampang foto Sunan Gunung Jati, Presiden Soekarno, lukisan ratu kidul dan beberapa foto pendekar Banten. Di sana juga terdapat sebuah kamar yang hanya diterangi lampu remang-remang. Di situ terdapat berbagai macam senjata, keris, golok, peninggalan zaman kerajaan Padjajaran. Ruangan tersebut memang pengap karena selain tidak ada ventilasi udara juga dipenuhi oleh asap dupa dan kemenyan.

Namun di balik nuansa mistik tersebut, sumur tujuh sebetulnya merupakan salah satu situs sejarah yang dimiliki Kota Depok. Dari beberapa referensi disebutkan bahwa sejak kerajaan Padjajaran dikalahkan oleh kerajaan Islam di Sunda Kelapa hal ini berakibat hubungan Sunda Kelapa dengan daerah luar menjadi terputus.
Tetapi kemenangan atas Sunda Kelapa tidak serta merta mampu membawa pengaruh Islam masuk ke pusat kerajaan Pakuan. Meski demikian, saluran penyebaran Islam masih mampu bergerak dengan jalan damai dan sedikit demi sedikit diterima oleh penduduk pinggiran kerajaan Sunda Padjajaran yang tertarik dengan sifat egaliter yang dibawa oleh Islam.
         Kerajaan Sunda Padjajaran sebagai benteng terakhir kerajaan Hindu-Budha di pulau Jawa akhirnya dapat ditaklukkan dengan tentara Islam Cirebon di bawah pimpinan Maulana Hasanudin dan anaknya Maulana Yusuf pada tahun 1559.
Hubungan Banten dan Cirebon kala itu melalui jalur darat yang pada masa kerajaan Sunda Padjajaran terhambat di wilayah Bogor dan sekitarnya telah berhasil diruntuhkan dengan runtuhnya kerajaan tersebut. Wilayah Depok yang berada di sisi sungai Ciliwung merupakan wilayah yang sering dilalui utusan dari Banten dan Cirebon.
         Bukti sejarah peninggalan tentara Islam di Depok salah satunya adalah petilasan Mbah Raden Wujud Beji. Pada dinding di dalam bangunan makam tersebut tergantung beberapa untaian kata yang berisi nasihat yang pernah diucapkan Mbah Raden Wujud Beji. Sumur tujuh sendiri sebenarnya merupakan kolam mata air atau biasa disebut kolam keramat.

         Namun keberadaan sumur tujuh dan makam Mbah Raden Wujud Beji memang harus dilestarikan oleh pemerintah Kota Depok karena selain sebagai situs sejarah juga bisa dijadikan salah satu objek wisata bersejarah. 
Pemerintah Kota Depok memang telah memasukkan tempat tersebut dalam peta wisata, tetapi perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat sehingga keberadaan situs bersejarah ini tidak punah dilekang waktu. (SH/stevani elisabeth)
Dinamakan Sumur Tujuh karena dalam satu kawasan ini terdapat tujuh buah sumur yang berasal dari mata air. Air Sumur Tujuh dipercaya mampu membawa kesehatan dan kesembuhan serta peruntungan yang lebih baik.Mereka yang mandi dengan kepercayaan penuh kepada Tuhan semesta alam niscaya akan memperolehnya. Mery, warga Condet, Jakarta Timur, datang ke tempat ini bersama suami dan tiga anaknya. Mereka datang pagi hari untuk dapat mandi di Sumur Tujuh.
Mery mmperoleh rekomendasi dari rekan-rekannya mengenai khasiat air Sumur Tujuh. "Harapannya datang ke sini sekarang buang sial aja. Cari peruntungan. Kalau kita di sini berdoa untuk kesehatan kita, rezeki kita," ujar Mery ketika ditemui di kawasan Sumur Tujuh.
Sepanjang pengamatan, memang yang lebih banyak mandi di kawasan ini adalah kaum lansia yang menderita penyakit tertentu. Namun, tak banyak pula kaum muda yang turut mencari peruntungan atau harapan enteng jodoh.
Mandi dari sumur ini pun bukan tanpa aturan. Pengunjung yang datang harus mandi dengan air dari ketujuh sumur tersebut secara berurutan. Pengunjung mandi dengan menggunakan pakaian seperti biasa kemudian menyiramkan air ke tubuh dengan bantuan gayung.
Pada saat menyiramkan air ke tubuh, posisi tubuh harus seperti bersimpuh. Begitu selanjutnya ke sumur-sumur berikutnya. Menurut salah satu asisten Linawati, yang lebih akrab dikenal dengan nama Mamah Chi Eng (Encim), pembuatan sumur ini diperoleh Mamah melalui mimpi.
"Waktu itu mimpi ada mata air yang harus dibuat sumur. Mamah sebelumnya nggak perhatikan dan mata air itu terus memuncratkan air. Sampai kemudian mimpi yang ketiga kalinya, baru Mamah sadar harus didirikan sumur. Baru berhenti airnya," cerita pria yang enggan disebutkan namanya ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar